MABMonline.org ,Sekadau – Spontanitas pantun yang diucapkan grup pantun kayong utara menunjukkan kebiasaan berpantun sehingga menjadi juara tangkai berbalas pantun di Aula Keraton Sekadau, Kamis, (8/11)
Final antara Kayong Utara dan Kapuas Hulu berlangsung sengit. Kedua grup saling menjual dan membeli untuk menjadi pemenang.

Peserta kayong utara sangat yakin akan menang menjadi juara dengan usaha memenuhi kriteria dan kemauan juri.
“Kami berusaha spontan dalam menjawab dan membeli pantun yang ada. Arahan juri sebelumnya menginginkan adanya spontanitas dengan kata yang bermacam ragam dan itu kami usahakan.” Ungkap Joni.
“Kami sangat setuju dan mendukung adanya perubahan berpantun yang tidak hanya sekadar menjual dan membeli seperti yang diinginkan juri. Tentu juri memiliki alasan tertentu untuk meningkat dan mengembangkan pantun.” Ungkap Joni
Membeli dan menjual pantun terlihat kaku dengan harus berdiskusi.
“Kami menginginkan adanya spontanitas dari peserta untuk menjawab. Tidak perlu diskusi atau memandu temannya untuk menjawab. Siapa yang bisa menjawab, langsung saja jawab.” Ungkap Ahadi, sebagai ketua juri pantun, sebelum memulai final.
Pemantun harus pandai memilih kata yang diucapkan sehingga ada permainan bunyi. Selain itu, kata yang dipilih menimbulkan makna untuk maksud tertentu.
“Kosa kata peserta pada umumnya sudah bagus. Ada permainan kata dari setiap baris dan bait. Tapi sayang, masih jual dan beli. Padahal kita menginginkan sesuatu yang baru. Tidak terus-menerus jual dan beli.” Tambah Agus Muare sebagai juri kedua.
Festival Seni Budaya Melayu ini merupakan ajang mempertahankan dan mengembangkan budaya melayu. Bagitu juga pantun merupakan khas milik orang melayu yang harus dipertahankan dan dikenalkan pada anak-anak dan pemuda juga.
“Pantun itu budaya asli kite. Orang melayu terkenal dengan pantunnye. Festival ini merupakan ajang pembinaan supaya budaya melayu terpelihara. Kedepannya kita ingin ada tiga kategori anak-anak, pemuda, dan orang tua.” Tutur Ahadi